10 Juni 2012
Tanggal 10 ini aku sendirian di rumah dengan lagu Hey Jude
yang diputar berulang kali. Nadanya yang begitu lirih di beberapa bagian begitu
nyaman berlama-lama di kuping. Tanggal 10 ini juga merupakan H-2 SNMPTN tulis.
Semakin dekat dengan H itu semakin berat kepalaku, semakin
kaku tanganku. Jenuh itu merasuk. Tidak ada penawarnya. Sungguh, aku dirundung
rasa takut sekaligus gusar.
Masih sangat terbayang saat itu, saat hari pengumuman SNMPTN
undangan yang berakhir dengan nihil. Masih melekat perasaan putus asa itu.
masih tercium bau kekalahan itu. Kau bisa sebut aku pecundang dan penakut. Tapi
aku ini juga manusia.
Sejujurnya, aku tidak tahu apakah bekal yang ada ini cukup
untuk 3 hari tes. Sejujurnya aku adalah orang paling bodoh yang nekat mengikuti
tes ini. Dengan keberanian sebesar biji jagung tapi ambisi sebesar tembok
berlin aku coba merangkak, terbata, berdiri dan akhirnya berjalan perlahan. Semua
tahap itu hanya dalam waktu sekejap, 2 minggu. Itu sebabnya aku ragu.
Jika tuhan ada bersama prasangkaku, apa sangkaan terbaik
yang harus aku pilih? Buruk atau yang baik? Melihat waktu lampau yang keburu
terjadi, berangan sampai langit berpegang teguh pada prasangka yang baik-baik
tapi akhirnya,
Jatuh.
Jika pilihan terakhir adalah prasangka buruk, apa jadinya jika
tuhan benar-benar bersama prasangka itu? aku tak pandai bermain teka-teki
kehidupan, sungguh.
Aku kehilangan arah, kehilangan kepercayaan, dilema.
Yang lebih sedih lagi, tidak ada yang bisa membantuku keluar
dari belenggu diri ini. Hanya diri ini yang bisa jadi pangeran kesiangan.
Dan tuhan.
Tapi tuhan aku merasa begitu bodoh untuk mencerna semua
petunjuk Mu yang begitu intelek. Bisakah kau menerjemahkannya dalam bahasa yang
sedikit lebih membumi? aku butuh Engkau.
Tuhan, apakah yang aku lakukan ini salah atau benar? Apa yang
harus aku lakukan? Sayang pertanyaan itu hanya tumpah dan banjir di sekujur
tubuh ini, lewat aliran darah yang disambung degup jantung tapi tubuh stagnan.
Note:
H-2 menjelang snmptn tulis, saya Nadhira Riezkya bukannya
belajar malah menulis kalimat kalimat yang tidak lengkap SPOK nya. Merangkainya
menjadi satuan tulisan tidak jelas. Terus menerus berteriak minta tolong dalam
hati yang tidak tahu ditujukan pada siapa.
No comments:
Post a Comment